Sistem Kontrol Blower Pada Pembakaran Boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Steam power plants (PLTU) are a series of equipment whose work processes utilize steam power to produce electricity. In a steam power plant system (PLTU), which plays an important role is the boiler. The main purpose of this system is to stabilize the pressure in the boiler using a pressure switch. This final project was carried out for 4 months at the Bengkalis State Polytechnic Electrical Engineering Department. The main method used is setting the maximum pressure limit in the boiler. The results show that for a boiler pressure of 1 bar, the blower on from the beginning of combustion is up to 67.29 seconds and on again after the pressure drops to 0.5 bar. The pressure in the boiler is always in intervals of 0.5 to 1 bar

Penyutradaraan Film Televisi Minang Meminang dengan Pendekatan Realisme

Film merupakan salah satu program acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif. Dengan kelebihan televisi, maka digunakan untuk memaparkan tatanan tatanan hidup masyarakat Suku Minangkabau dari sisi "perkawinan" dalam sebuah program cerita berjudul "Minang Maminang". Teori realisme dijadikan pendekatan pada setiap elemen gambar, dan pengadegan. Film ini bertujuan sebagai media kritik terhadap perberbeda antara adat Minagkabau dengan hukum Islam dalam hukum perkawinan, kemudian dapat diambil manfaatnya yakni sebagai tontonan yang edukatif untuk memperkenalkan sebagian kecil tatanan adat-istiadat Minagkabau Film dibuat dengan gaya realisme adalah film yang tidak memanipulasi dan merubah realitas, tidak menitik beratkan pada ekspresi seorang pembuat film dari bahan baku yang ada, tapi bukan berarti film dibuat tanpa teknis yang seadanya. Akting yang naatural, karakter tokoh dan pergerakan pemain, kemudian penggunaan teknik handheld camera, long take, merupakan upaya untuk meerujudkan konsep realisme dalam film televisi "Minang Maminang". Konsep realisme yang diwujudkan dalam rangkaian shot dapat menjadi sajian yang mampu bercerita secara naratif maupun sinematik. Sehingga fenomena yang terjadi pada masyarakat Minangkabau dapat ditampilkan, dan penonton ikut serta masuk ke dalam cerita melalui pesan yang terkadang dalam film televisi "Minang Maminang"

LITERATURE REVIEW: PERBANDINGAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI ROBUSTA (Coffea canephora), KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN KOPI LIBERIKA (Coffea liberica) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

Kopi merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang besar dan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak dari masyarakat Indonesia yang mengkonmsumsi kopi tanpa mengetahui kadar kandungan kafein yang telah dikonsumsi. Pertanyaan dalam penelitian di skripsi ini adalah berapakah perbandingan kadar kandungan kafein yang ada didalam kopi Arabika, Robusta dan Liberika. Artikel ini menggunakan metode review jurnal berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan secara inklusi dan ekslusi yang didapatkan dari mesin pencarian data google scholarship baik itu jurnal nasional ataupun internasional, textbook serta artikel ilmiah yang dipublikasikan diatas tahun 2015. Metode yang dilakukan dalam menentukan kandungan kadar kafein menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada λ = 250 – 300 nm. Hasil review yang didapat adalah kandungan kadar kafein tertinggi pada kopi Arabika adalah 1,77 % dan terendah adalah 0,97 %. Kopi Robusta tertinggi adalah 2,15 % dan terendah 0,69 %. Kopi Liberika tertinggi 1,32 % dan terendah adalah 1,15 %. Semua hasil tersebut didapat dari 1 gram sampel. Kesimpulan yang didapat adalah kadar kafein tertinggi berasal dari kopi Robusta sebesar 2,15 %, kedua dari Arabika sebesar 1,77 % dan ketiga dari Liberika sebesar 1,32 %.&nbsp

On the low temperature properties and specific anisotropy of pure anisotropically paired superconductors

Dependences of low temperature behavior and anisotropy of various physical quantities for pure unconventional superconductors upon a particular form of momentum direction dependence for the superconducting order parameter (within the framework of the same symmetry type of superconducting pairing) are considered. A special attention is drawn to the possibility of different multiplicities of the nodes of the order parameter under their fixed positions on the Fermi surface, which are governed by symmetry. The problem of an unambiguous identification of a type of superconducting pairing on the basis of corresponding experimental results is discussed. Quasiparticle density of states at low energy for both homogeneous and mixed states, the low temperature dependences of the specific heat, penetration depth and thermal conductivity, the I-V curves of SS and NS tunnel junctions at low voltages are examined. A specific anisotropy of the boundary conditions for unconventional superconducting order parameter near $T_c$ for the case of specular reflection from the boundary is also investigated.Comment: 20 page

Going higher in the First-order Quantifier Alternation Hierarchy on Words

We investigate the quantifier alternation hierarchy in first-order logic on finite words. Levels in this hierarchy are defined by counting the number of quantifier alternations in formulas. We prove that one can decide membership of a regular language to the levels $\mathcal{B}\Sigma_2$ (boolean combination of formulas having only 1 alternation) and $\Sigma_3$ (formulas having only 2 alternations beginning with an existential block). Our proof works by considering a deeper problem, called separation, which, once solved for lower levels, allows us to solve membership for higher levels

Nonmonotonous Magnetic Field Dependence and Scaling of the Thermal Conductivity for Superconductors with Nodes of the Order Parameter

We show that there is a new mechanism for nonmonotonous behavior of magnetic field dependence of the electronic thermal conductivity of clean superconductors with nodes of the order parameter on the Fermi surface. In particular, for unitary scatterers the nonmonotony of relaxation time takes place. Contribution from the intervortex space turns out to be essential for this effect even at low temperatures. Our results are in a qualitative agreement with recent experimental data for superconducting UPt_3. For E_{2u}-type of pairing we find approximately the scaling of the thermal conductivity in clean limit with a single parameter x=T/T_c\sqrt{B_{c2}/B} at low fields and low temperatures, as well as weak low-temperature dependence of the anisotropy ratio K_{zz}/K_{yy} in zero field. For E_{1g}-type of pairing deviations from the scaling are more noticeable and the anisotropy ratio is essentially temperature dependent.Comment: 37 pages, 8 Postscript figures, REVTE

Theory of Thermal Conductivity in YBa_2Cu_3O_{7-\delta}

We calculate the electronic thermal conductivity in a d-wave superconductor, including both the effect of impurity scattering and inelastic scattering by antiferromagnetic spin fluctuations. We analyze existing experiments, particularly with regard to the question of the relative importance of electronic and phononic contributions to the heat current, and to the influence of disorder on low-temperature properties. We find that phonons dominate heat transport near T_c, but that electrons are responsible for most of the peak observed in clean samples, in agreement with a recent analysis of Krishana et al. In agreement with recent data on YBa_2(Cu_1-xZn_x)_3O_7-\delta the peak position is found to vary nonmonotonically with disorder.Comment: 4 pages, 4 figures, to be published in Phys. Rev. Let

HUBUNGAN PROTEIN CARBONYL DENGAN KEJADIAN KEMATIAN 28 HARI PASIEN SEPSIS DI RUANG RAWAT INTENSIF DAN RESUSITASI

Kondisi sepsis yang memburuk dapat mengarah ke disfungsi multiorgan, syok, dan berujung pada kematian. Beberapa marker yang menandai kerusakan organ pada sepsis diantaranya penurunan kadar glutathione, peningkatan kadar malondialdyhide serum, dan protein carbonyl (PCO). Namun, konsentrasi PCO lebih dikaitkan dengan mortalitas pasien dengan syok sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif dan resusitasi. PCO terbentuk lebih awal dan stabil dibandingkan produk peroksidasi lipid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar PCO dengan kematian pasien sepsis. Penelitian ini merupakan kohort retrospektif. Data penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH). Sampel penelitian adalah seluruh rekam medik pasien terdiagnosis sepsis dan dirawat di ruang kritikal RSMH Palembang selama periode Februari–Agustus 2019, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dianalisa dengan uji chi-square, Fisher’s Exact Test. Didapatkan 59 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki (50,8%), dirawat di ruang Resusitasi (57,6%), diagnosis medikal (62,7%), dan meninggal (67,8). Dari uji analisis ROC didapatkan bahwa cut-off point PCO terletak pada nilai >20,33 dengan sensitivitas sebesar 72,50% dan spesifisitas 84,21% dengan nilai Area Under Curve sebesar 0,735 yang menunjukkan bahwa PCO memiliki kemampuan memprediksi mortalitas yang kuat. PCO memiliki hubungan dengan kejadian kematian pasien sepsis di RSMH Palembang dan dapat dijadikan suatu biomarker untuk memprediksi tingkat mortalitas pada pasien sepsis. Correlation of Carbonyl Protein with the 28-Day Death Incidence of Sepsis Patients in the Intensive Care Unit and Resuscitation RoomDeteriorating sepsis can lead to multi-organ dysfunction, shock, and death. Some indictors that mark organ damage in sepsis include decreased glutathione levels, increased serum malondialdehyde levels, and Carbonyl protein (PCO). However, the concentration of carbonyl protein is more associated with the mortality of patients with septic shock treated in the intensive care unit and resuscitation room. PCO is formed earlier and more stable than lipid peroxidation products. The purpose of this study was to determine the relationship of PCO levels with the death of sepsis patients. This study was a retrospective cohort. Research data were secondary data from RSMH medical records. The study sample was all medical records of patients diagnosed with sepsis, which met the inclusion and exclusion criteria and treated in the critical room of Mohammad Hoesin Hospital Palembang (RSMH) from February toAugust 2019. The data analysis used the chi-square test, Fisher’s Exact Test. A total of 59 research subjects met the research criteria the majority subjects were male (50.8%), treated in the resuscitation room (57.6%),diagnosed medically (62.7%), and died (67.8). From the ROC analysis test, it was found that the PCO cut-off point was at a value >20.33 with a sensitivity of 72.50% and a specificity of 84.21% with an area under curve value of 0.735, which showed that the PCO had a strong ability to predict mortality. PCO has a relationship with the incidence of mortality of sepsis patients in RSMH and can be used as a biomarker to predict the mortality rates in sepsis patients.Kondisi sepsis yang memburuk dapat mengarah ke disfungsi multi organ, syok, dan berujung pada kematian. Beberapa marker yang menandai kerusakan organ pada sepsis diantaranya penurunan kadar glutathione, peningkatan kadar malondialdyhide serum, dan protein carbonyl (PCO). Namun, konsentrasi PCO lebih dikaitkan dengan mortalitas pasien dengan syok sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif dan resusitasi. PCO terbentuk lebih awal dan stabil dibandingkan produk peroksidasi lipid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar PCO dengan kematian pasien sepsis. Penelitian ini merupakan kohort retrospektif. Data penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH). Sampel penelitian adalah seluruh rekam medik pasien terdiagnosis sepsis dan dirawat di ruang kritikal RSMH Palembang selama periode Februari-Agustus 2019, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dianalisa dengan uji chi-square, Fisher’s Exact Test menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Scienses) versi 23. Kemaknaan ditentukan jika p 20.33 dengan sensitivitas sebesar 72.50% dan spesifisitas 84.21% dengan nilai Area Under Curve sebesar 0.735 yang menunjukkan bahwa PCO memiliki kemampuan memprediksi mortalitas yang kuat. PCO memiliki hubungan dengan kejadian kematian pasien sepsis di RSMH Palembang dan dapat dijadikan suatu biomarker untuk memprediksi tingkat mortalitas pada pasien sepsis.Kata Kunci: ICU, mortalitas, protein carbonyl, sepsi

Heat Transport and the Nature of the Order Parameter in Superconducting UPt3UPt_3

Recent thermal conductivity data on the heavy fermion superconductor $UPt_3$ have been interpreted as offering support for an $E_{2u}$ model of the order parameter as opposed to an $E_{1g}$ model. In this paper, we analyze this issue from a theoretical standpoint including the detailed effects of Fermi surface and gap anisotropy. Our conclusion is that although current data put strong constraints on the gap anisotropy, they cannot definitively distinguish between these two models. Measurements on samples of varying quality could be decisive in this regard, however.Comment: 8 pages, revtex, 15 uunencoded postscript figure